Rabu, 19 Juni 2013

Edelweiss, Jangan usik keindahannya...

          Postingan ini saya tulis sesaat setelah debat di sebuah forum tentang maraknya pendaki gunung yang mulai metik-metik Edelweiss sembarangan. Jujur sedikit emosi saya tercuil, ngeliat foto-foto dan bukti para pendaki yang dengan bangganya mamerin bunga-bunga edelweiss hasil petikan mereka secara ilegal, bahkan ada beberapa diantara mereka yang memetik hingga beberapa bundel bunga.

Contoh foto yang memperlihatkan pendaki
dengan "sebuket bunga edelweiss" di tangannya.


         Saya adalah salah satu dari banyak orang yang menentang keras pemetikan edelweiss. Bukan karena saya munafik atau tidak pernah berbuat kesalahan sama sekali selama saya mendaki gunung. Tapi karena saya adalah seorang yang sangat mendambakan dan mengagumi bunga Edelweiss yang tumbuh di atas gunung. Tidakkah kita merasa sangat tenang dan bahagia ketika perjalanan panjang kita "terbayar" dengan deretan bunga-bunga edelweiss berwarna putih yang bermekaran, dengan harumnya yang khas, menghiasi setiap bagian bukit hijau. Itu adalah salah satu alasan kenapa saya masih suka naik gunung hingga sekarang.
         Saya juga paham kenapa banyak pendaki yang ingin memetik bunga edelweiss. Bunga yang  mempunyai julukan "bunga abadi" ini memang dapat menjadi oleh-oleh khas pendaki gunung. Untuk kenang-kenangan atau untuk dikasih ke seseorang. Saya sendiri ketika pertama kali naik gunung mendapat iming-imingan untuk memetik edelweiss,  Pernah juga saya diberi sebuah bunga edelweiss. Namun sekarang ketika saya faham kode etik dan larangan tentang memetik edelweiss, tidak pernah lagi saya lakukan. 
        Namun, kenapa sekarang banyak pendaki yang me"maklum"kan pemetikan bunga edelweiss bagi para pendaki pemula? Tidak, tentu itu tidak wajar. Mengingat pendaki gunung sekarang menjadi suatu hal yang mainstream dan banyaknya pendaki tanpa latar belakang apapun. Apakah masih dapat kita wajarkan jika mereka datang hanya untuk tujuan memetik bunga yang susah payah  dilindungi? Jka setiap pendaki gunung menganggap enteng pemetikan bunga edelweiss, menganggap tidak apa-apa kalau memetik sedikit saja, dan mereka berbondong-bondong berdatangan setiap waktunya. Bayangkan apa yang terjadi pada bunga edelweiss beberapa tahun mendatang. Apa yang bisa kita nikmati jika pohon-pohon itu sudah gundul tanpa bunga? Tolong ingatlah, apa yang kita nikmati saat kita mendaki gunung, tidakkah keindahan itu ingin kita bagi bersama anak dan cucu kita. 
       Saya sendiri mencoba mengingatkan setiap mengajak teman saya yang baru pertama naik gunung agar tidak memetik bunga edelweiss. Bukan karena saya merasa diri saya pendaki bersih yang paling benar, hanya saja saya terlalu mencintai Bunga Edelweiss yang indah dan memiliki makna yang dalam. 
      Jika memang alasannya untuk memperlihatkan teman-teman tentang bunga edelweiss, jangan bawa edelweiss itu ke kota, tapi bawa mereka orang-orang kota ke gunung untuk dapat langsung menikmati keindahannya. Jika alasannya untuk kenang-kenangan, ambil saja fotonya. Apakah itu tidak cukup? kalau begitu, naik gunung lagi, kembali mengunjungi Bunga-bunga edelweiss itu. Bukankah lebih indah jadinya, andaikan kita menikmati bunga-bunga edelweiss itu bermekaran diantara kabut gunung yang beku. Sehingga kita selalu punya alasan untuk terus naik gunung...Jadi, biarkanlah Edelweiss bermekaran di alamnya, jangan usik keindahannya...













Senin, 03 Juni 2013

My Traveling Friends

         Pergilah Travelling kawan, ada banyak yang akan kau dapat. Buka hati dan pikiranmu. Bebaskan ikatan tali yang mengikat rapat jiwamu. Dan kau akan menemukan tempat indah baru, budaya baru, pengalaman baru, pemikiran baru....dan tentunya, kawan baru...

Bareng anak2 MNH-Fahutan
at Gn. Bunder

Bareng Backpacker Indonesia
At Anak Gunung Krakatau

A year later, again, with BPI


Bareng sama kamunitas pendaki gunung Kwitang
Pendakian ke Gn Lawu

Bareng mahasiswa IPB dari segala jurusan
 plus mahasiswa UGM juga sih
At Mahameru

Pendakian massal Gn Merbabu.
Bareng berbagai komunitas pecinta alam jabodetabek

Bareng Komunitas naik gunung anak2 kaskuser
At Gn Merbabu
Bareng anak2 Fahutan
At Gede-Pangrango


Tapi itu semua, bermula dari sini
EKA SATYA 23
My family aand partner in crime
Dengan merekalah pertama kalinya gue merasakan nyamannya suatu kekeluargaan saat berada jauh dari rumah, saat berada di tengah hutan dan di dinginnya kabut gunung.